ISPtimes.com – Kondisi pandemi COVID-19 saat ini dapat menyebabkan seseorang menjadi mudah emosi. Hal ini dapat terjadi lantaran stres yang dirasakan akibat kebiasaan baru selama pandemi.
Seperti tempat hiburan banyak ditutup, jarang ketemu dengan teman-teman hingga perasaan cemas ketika keluar rumah.
Psikolog dan dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Galang Lufityanto mengatakan, pandemi dapat memicu stres lantaran berhadapan dengan kondisi yang tidak pasti. Sebab, otak manusia diciptakan untuk mencari sebuah pola.
Galang menjelaskan stres yang dialami seseorang ini kemudian berpengaruh terhadap emosi yang tidak stabil. Sehingga mudah emosi atau marah meski karena hal sepele.
“Tiba-tiba ketika kita mengalami stres itu sumbunya pendek, kita kemudian jadi mudah terpancing emosi. Ketika emosi tersulut kita nggak bisa berpikir secara jernih,” kata Galang, dikutip dari detik.com Jumat 15 Oktober 2021.
“Kondisi seperti ini banyak sekali hal-hal yang membuat kita tidak bisa berpikir dengan jernih lantaran banyak banyak yang dipikirkan. Akhirnya kita mudah tersulut emosi” jelasnya.
Ia kemudian menambahkan tanda-tanda seseorang harus menemui psikolog atau psikiater. Menurutnya, saat seseorang sudah merasa ruwet pada pikirannya dalam jangka panjang. Maka bisa berkonsultasi dengan cara telekonseling.
“Mungkin kita butuh konsultasi yang sifatnya ringan dulu. Ketika telekonseling kita akan dibantu ditata ulang pikirannya.”
Selain itu, ketika stres tersebut telah menyebabkan daya tahan tubuh menurun, kondisi itu harus segera membutuhkan pertolongan ahli.
“Ya, itu sudah butuh untuk dibantu. Kalau tidak segera ditangani maka bisa muncul depresi. Depresi itu larinya sudah ke hal-hal yang lebih parah karena memorinya jadi lebih menurun dan rentan menyakiti diri sendiri,” jelas Galang.